Jumat, 28 Februari 2020

Tribaja Juara 1 LSS Nasional


SDN 3 Banjar Jawa, Kelurahan Banjar Jawa, Kecamatan Buleleng dinobatkan sebagai Juara I Sekolah Sehat Nasional Tahun 2019 kategori The Best Performance. Sekolah masa kecil dari Danjen Kopassus Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa ini berjaya berkat tiga program inovatif: 500 UKS, 100 dokter kecil bentukan sekolah langsung magang ke praktek dokter swasta, dan pola asuh siswa Kelas VI kepada siswa Kelas I.
Penganugerahan prestasi terbaik sebagai Juara I Sekolah Sehat Nasional kategori The Best Performance untuk SDN 3 Banjar Jawa, yang berlokasi di Jalan Ngurah Rai Singaraja ini diberikan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), 13 November 2019 lalu. SDN 3 Banjar Jawa mengungguli SD Muhammadiyah Gersik (Jawa Timur) dan sebuah sekolah favorit dari DKI Jakarta.
Kepala Sekolah (Kasek) SDN 3 Banjar Jawa, Ida Bagus Soma Putra, mengatakan keberhasilan sekolahnya dalam penataan dan pengelolaan ini memerlukan persiapan yang panjang. Bahkan, tata kelola menuju sekolah sehat sudah dilaksanakan 2 tahun sebelum mewakili Buleleng menjadi peserta Lomba Sekolah Sehat (LSS) Tingkat Provinsi Bali 2019.
Menurut Soma Putra, konsep sekolah sehat tersebut dilaksanakan sedikit demi sedikit dan bertahap, dengan perbaikan dari semua sisi. Awalnya, SDN 3 Banjar Jawa yang dikenal dengan sebutan SD Tribaja (Tiga Banjar Jawa) ditunjuk menjadi pesrta lomba Penanganan Kanker Terpadu Paripurna (PKTP) yang berkaitan pula dengan kesehatan pada tahun 2017. Kemudian, Tribaja ditunjuk menjadi wakil Buleleng dalam LSS Tingkat Provinsi Bali Tahun 2018.
Terpilih menjadi Juara I Tingkat Provinsi Bali, SDN 3 Banjar Jawa lalu melaju ke Tingkat Nasional untuk bersaing dengan perwakilan dari 33 provinsi se-Indonesia. “Dari hasil penilaian tim pusat, sekolah kami masuk 9 nominasi dan diverifikasi kembali pada 1 Oktober 2019 lalu. Sembilan (9) sekolah ini sudah ditentukan di tiga kategori. Kami ada di The Best Performace. Syukurlah, kami akhirnya dinobatkan sebagai yang terbaik tingkat nasional,” jelas Soma Putra saat ditemui NusaBali di SDN 3 Banjar Jawa, Rabu (20/110.
Penentuan hingga masuk ke tingkat nasional, kata Soma Putra, tidaklah mudah. Penilaian sebagai sekola sehat sangat komplek dan detail. Selain dituntut memenuhi konsep Trias UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), sekolah yang berdiri pada 17 Agustus 1965 ini juga harus memiliki sejumlah program inovatif untuk membuat kagum tim penilai.
“Penilaian banyak hal dan detail sekali, sesuai konsep Trias UKS: pendidikan kesehatan, lingkungan sehat, pelayanan kesehatan. Semua dinilai, baik fisik maupun sisi kebersihan, kamar mandi, kantin, hingga Ruang UKS yang tidak boleh ada debu sama sekali,” papar Soma Putra.
Selain itu, yang menjadi perhatian paling serius adalah puntung rokok dan jentik nyamuk di sudut sekolah. Menurut Soma Putra, guru-guru di SDN 3 Banjar Jawa tidak ada yang berani merokok di areal sekolah. Penerapan pola dan karakter seluruh warga sekolah juga sudah tertanam dengan baik, di mana siswa menjadi daya tangkal yang kuat. Tak hanya menegur orang yang merokok di areal sekolah, tetapi daerah perbatasan di depan sekolah saat penjemputan oleh orangtua siswa juga menjadi perhatian. Para orangtua dibrikan pemahaman bahwa sekolah anak-anak mereka adalah kawasan bebas rokok. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sudah merasuk dan jadi kebiasaan warga SDN 3 Banjar Jawa.
Ada tiga program inovatif yang menjadi modal SDN 3 Banjar Jawa hingga dinobatkan menjadi Juara I Sekolah Sehat Nasional 2019 kategori The Best Performance. Program inovatif pertama, membangun 500 Ruang UKS. Versi Soma Putra, program ini hanya ada di SD Tribaja. “Jika sekolah lain hanya berfokus pada ruang UKS yang ada di sekolah, sementara SDN 3 Banjar Jawa mengembangkannya UKS hingga ke 500 rumah siswa,” katanya.
Jadi, masing-masing orangtua siswa di rumah wajib mengkondisikan rumahnya menyediakan persyaratan UKS, minimal ada kotak obat, tempat sampah yang terpilah, tanaman obat, dan PHBS. Program ini dimaksudkan agar perilaku baik anak-anak di sekolah terus dibudayakan di rumah, serta menjadi inspirasi orang di sekitarnya. “Jadi kalau masalah kesehatan itu bukan hanya tanggung jawab sekolah, apalagi anak-anak lebih banyak di rumah. Kami bentuk 500 UKS ini melalui paguyuban kelas yang terdiri dari wali siswa,” jelas Soma Putra.
Program inovatif kedua, memberikan praktek nyata dan pengalaman kepada 100 dokter kecil yang dibentuk di sekolah, magang langsung ke praktek dokter swasta—yang sudah terjalin MoU dengan SDN 3 Banjar Jawa. Dokter kecil akan dilibatkan langsung dalam penanganan siswa yang sedang sakit di sekolah. Minimal mereka tahu cara mengukur tensi, berat badan, mengukur lingkar kepala, dan pengecekan kesehatan ringan lainnya.
Program inovatif ketiga, pola adik asuh siswa Kelas VI kepada siswa Kelas I. Masing-masing siswa Kelas VI bertanggung jawab atas seorng siswa Kelas I. Mereka akan melakukan pendekatan selayaknya seorang kakak adik, mulai dari menjemput di depan gerbang sekolah, membawakan tasnya, mengantarkan sembahyang, mengantarkan ke kelas, hingga mengajarkan berliterasi.
Dalam interaksi itu, kakak asuh juga menyematkan nilai kebaikan, nasihat, dan menyemangati adik asuhnya bersekolah. “Aktivitas itu akan dilakukan sepanjang tahun, hingga siswa Kelas VI tamat dengan laporan sederhana yang harus mereka setor terkait interaksi yang dilakukan,” terang Soma Putra.
SDN 3 Banjar Jawa ini termasuk salah satu sekolah favorit di Singaraja, Buleleng. Anak didik dari sekolah ini sudah banyak yang jadi orang beken. Salah satunya, Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa, perwira tinggi asal Seririt, Buleleng yang kini menjabat sebagai Danjen Kopassus dan sebelumnya sempat menjadi Danrem 163/Wirasatya
Sumber: Nusa Bali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar